#SELAMAT MALAM PARA KAWAN#
(Menyimak info sekitar Gondang Batak dalam iringan animasi
Boru batak pargondang)
________________________________________________________________
__________________
Kata Pengantar
__________________
Tak pala banyak yang saya ketahui mengenai Gondang batak ini
para kawan sekalian, karena itu saya-pun mempelajarinya.
...dan...
Berikut info hasil pelajaran penulis dari salah satu situs
yang mengurai mengenai gondang batak ini.
Anda ingin belajar juga...?
Maka selamat menyimak bersama macam animasi Gondang Batak
dengan pargondangnya para Putri atau Boru Batak.
Selamat menyimak...!
____________________________________
Sekilas info Gondang Batak
____________________________________
* Pengertian gondang sebagai perangkat alat musik,
yakni gondang Batak.
Gondang Batak sering diidentikkan dengan gondang sabangunan
atau ogling sabangunan dan kadang-kadang juga diidentikkan
dengan taganing (salah satu alat musik yang terdapat di dalam
gondang sabangunan).
Hal ini berarti memberi kesan kepada kita seolah-olah yang
termasuk ke dalam Gondang Batak itu hanyalah gondang sabangunan,
sedangkan perangkat alat musik Batak yang lain, yaitu :
Gondang hasapi tidak termasuk gondang Batak. Padahal sebenarnya
gondang hasapi juga adalah gondang Batak, akan tetapi istilah
gondang hasapi lebih dikenal dengan istilah uning-uningan
daripada gondang Batak.
Gondang dalam pengertian ensambel musik terbagi atas dua bagian,
yakni gondang sabangunan (gondang bolon) dan gondang hasapi
(uning-uningan). Gondang sabangunan dan gondang hasapi adalah
dua jenis ensambel musik yang terdapat pada tradisi musik Batak
Toba.
Secara umum fungsi kedua jenis ensambel ini hampir tidak memiliki
perbedaan keduanya selalu digunakan di dalam upacara yang
berkaitan dengan religi, adat maupun upacara-upacara seremonial
lainnya. Namun demikian kalau diteliti lebih lanjut, kita akan
menemukan perbedaan yang cukup mendasar dari kedua ensambel ini.
Sebutan gondang dalam pengertian komposisi menunjukkan arti
sebagai sebuah komposisi dari lagu (judul lagu secara individu)
atau menunjukkan kumpulan dari beberapa lagu/repertoar, yang
masing-masing ini bisa dimainkan pada upacara yang berbeda
tergantung permintaan kelompok orang yang terlibat dalam
upacara untuk menari, termasuk di dalam upacara kematian saur
matua.
Misalnya : gondang si Bunga Jambu, gondang si Boru Mauliate dan
sebagainya. Kata si bunga jambu, si boru mauliate dan malim
menunjukkan sebuah komposisis lagu, sekaligus juga merupakan
judul dari lagu (komposisi) itu sendiri.
Berbeda dengan gondang samba, samba Didang-Didang dan gondang
elekelek (lae-lae). Meskipun kata gondang di sini juga memiliki
pengertian komposisi, namun kata sombai;didang-didangi dan elek-
elek memiliki pengertian yang menunjukkan sifat dari gondang
tersebut, yang artinya ada beberapa komposisi yang bisa
dikategorikan di dalam gondang-gondang yang disebut di atas,
yang merupakan “satu keluarga gondang”.
Komposisi dalam “satu keluarga gondang,” memberi pengertian
ada beberapa komposisi yang memiliki sifat dan fungsi yang
sama, yang dalam pelaksanaannya tergantung kepada jenis upacara
dan permintaan kelompok orang yang terlibat dalam upacara.
Misalnya: gondang Debata (termasuk di dalamnya komposisi gondang
Debata Guru, Debata sari, Bana Bulan, dan Mulajadi); gondang
Sahalai dan gondang Habonaran.
Gondang dalam pengertian repertoar contohnya si pitu Gondang.
si pitu Gondang atau kadang-kadang disebut juga gondang parngosi
(baca pargocci) atau panjujuran Gondang adalah sebuah repertoar
adalah reportoar/kumpulan lagu yang dimainkan pada bagian awal
dari semua jenis upacara yang melibatkan aktivitas musik sebagai
salah satu sarana dari upacara masyarakat Batak Toba. Semua jenis
lagu yang terdapat pada si pitu Gondang merupakan “inti” dari
keseluruhan gondang yang ada.
Namun, untuk dapat mengetahui lebih lanjut jenis bagian apa
saja yang terdapat pada si pitu Gondang tampaknya cukup rumit
juga umumnya hanya diketahui oleh pargonsi saja. Lagu-lagu
yang terdapat pada si pitu Gondang dapat dimainkan secara menyeluruh
tanpa berhenti, atau dimainkan secara terpisah (berhenti pada
saat pergantian gondang).
Repertoar ini tidak boleh ditarikan. Jumlah gondang (komposisi
lagu yang dimainkan harus di dalam jumlah bilangan ganjil,
misalnya : satu, tiga, lima, tujuh).
Kata gondang dapat dipakai dalam pengertian suatu upacara
misalnya gondang Mandudu (”upacara memanggil roh”) dan upacara
Saem (”upacara ritual”). Gondang dapat juga menunjukkan satu
bagian dari upacara di mana kelompok kekerabatan atau satu
kelompok dari tingkatan usia dan status sosial tertentu yang
sedang menari, pada saat upacara tertentu misalnya : gondang
Suhut, gondang Boru, gondang datu, gondang Naposo dan sebagainya.
Jika dikatakan gondang Suhut, artinya pada saat itu Suhut
yang mengambil bagian untuk meminta gondang dan menyampaikan setiap
keinginannya untuk dapat menari bersama kelompok kekerabatan
lain yang didinginkannya. Demikian juga Boru, artinya yang
mendapat kesempatan untuk menari; gondang datu, artinya yang
meminta gondang dan menari; dan gondang naposo, artinya muda-
mudi yang mendapat kesempatan untuk menari.
Selain kelima pengertian kata gondang tersebut, ada juga
pengertian yang lain yaitu yang dipakai untuk pembagian waktu
dalam upacara, misalnya gondang Sadari Saboringin yaitu upacara
yang didalamnya menyertakan aktivitas margondang dan dilaksanakan
selama satu hari satu malam. Dengan demikian, pengertian gondang
secara keseluruhan dalam satu upacara dapat meliputi beberapa
pengertian seperti yang tertera di atas. pengertian gondang
sebagai suatu ensambel musik tradisional khususnya, maksudnya
untuk mengiring jalannya upacara kematian saur matua.
B. Istilah Gondang Sabangunan
Banyak istilah yang diberikan para ahli kebudayaan ataupun
istilah dari masyarakat Batak itu sendiri terhadap gondang
Sabangunan, antara lain: agung, agung sabangunan, gordang
parhohas na ualu (perkakas nan delapan) dan sebagainya.
Tetapi semua ini merupakan istilah saja, karena masing-masing
pada umumnya mempunyai pengertian yang sama.
Diantara istilah-istilah tersebut di atas, istilah yang paling
menarik perhatian adalah parhohas na ualu yang mempunyai
pengertian perkakas nan delapan.
Istilah ini umumnya dipakai oleh tokoh-tokoh tua saja, dan
biasanya disambung lagi dengan kalimat “simaningguak di
langit natondol di tano” (artinya berpijak di atas tanah
sampai juga ke langit).
Menurut keyakinan suku bangsa Batak Toba dahulu, apabila
gondang sabangunan tersebut dimainkan, maka suaranya akan
kedengaran sampai ke langit dan semua penari mengikuti
gondang itu akan melompat-lompat seperti kesurupan di atas
tanah (na tondol di tano). Biasanya semua pendengar mengakui
adanya sesuatu kekuatan di dalam “gondang” itu yang dapat
membuat orang bersuka cita, sedih, dan merasa bersatu di
dalam suasana kekeluargaan.
Gondang sabangunan disebut “parhohas na ualu, karena terdiri
dari delapan jenis instrumen tradisional Batak Toba, yaitu
taganing, sarune, gordang, ogling ihutan, ogling oloan, ogling
panggora, ogung doal dan hesek tanpa odap. Kedelapan intrumen
itu merupakan lambang dari kedelapan mata angin, yang disebut
“desa na ualu” dan merupakan dasar yang dipakai untuk sebutan
Raja Na Ualu (Raja Nan Delapan) bagi komunitas musik gondang
sabangunan. Pada masa awal perkembangan musik gondang Batak,
instrumen-instrumen ini masing-masing dimainkan oleh satu
orang saja.
Tetapi sejalan dengan perubahan jaman, ogling oloan dan ogling
ihutan telah dapat dimainkan hanya oleh satu orang saja.
Sedangkan odap sudah tidak dipakai lagi. Kadang-kadang peran
hesek juga dirangkap oleh pemain taganing, sehingga jumlah
pemain ensambel itu bervariasi. Keseluruhan pemain yang
memainkan instrumen-instrumen dalam gondang sabangunan ini
disebut pargonsi dan kegiatan yang menggunakan perangkatperangkat
musik tradisional ini disebut margondang (memainkan gondang).
C. Jenis Dan Fungsi Instrumen Gondang Sabangunan
Gondang sabangunan sebagai kumpulan alat-alat musik tradiosional
Batak Toba, terdiri dari : taganing, gordang, sarune, ogling oloan,
ogling ihutan, ogling panggora, ogling doal dan hesek. Dalam
uraian berikut ini akan dijelaskan masingmasing instrumen yakni
fungsinya.
1. Taganing
Dari segi teknis, instrumen taganing memiliki tanggung jawab
dalam penguasaan repertoar dan memainkan melodi bersama-sama
dengan sarune. Walaupun tidak seluruh repetoar berfungsi
sebagai pembawa melodi, namun pada setiap penyajian gondang,
taganing berfungsi sebagai “pengaba” atau “dirigen” (pemain
group gondang) dengan isyarat- isyarat ritme yang harus
dipatuhi oleh seluruh anggota ensambel dan pemberi semangat
kepada pemain lainnya.
2. Gordang
Gordang ini berfungsi sebagai instrumen ritme variabel,
yaitu memainkan iringan musik lagu yang bervariasi.
3. Sarune
Sarune berfungsi sebagai alat untuk memainkan melodi lagu
yang dibawakan oleh taganing.
4. Ogung Oloan (pemiapin atau Yang Harus Dituruti)
Agung Oloan mempunyai fungsi sebagai instrumen ritme konstan,
yaitu memainkan iringan irama lagu dengan model yang tetap.
Fungsi agung oloan ini umumnya sama dengan fungsi agung ihutan,
agung panggora dan agung doal dan sedikit sekali perbedaannya.
agung doal memperdengarkan bunyinya tepat di tengah-tengah dari
dua pukulan hesek dan menimbulkan suatu efek synkopis nampaknya
merupakan suatu ciri khas dari gondang sabangunan.
Fungsi dari agung panggora ditujukan pada dua bagian. Di satu
bagian, ia berbunyi berbarengan dengan tiap pukulan yang kedua,
sedang di bagian lain sekali ia berbunyi berbarengan dengan
agung ihutan dan sekali lagi berbarengan dengan agung oloan.
Oleh karena musik dari gondang sabangunan ini pada umumnya
dimainkan dalam tempo yang cepat, maka para penari maupun
pendengar hanya berpegang pada bunyi agung oloan dan ihutan
saja. Berdasarkan hal ini, maka ogling oloan yang berbunyi
lebih rendah itu berarti “pemimpin” atau “Yang harus di turuti” ,
sedang ogling ihutan yang berbunyi lebih tinggi, itu “Yang
menjawab” atau “Yang menuruti”. Maka dapat disimpulkan bahwa
peranan dan fungsi yang berlangsung antara ogling dan ihutan
dianggap oleh orang Batak Toba sebagai suatu permainan “tanya jawab”
5. Ogung Ihutan atau Ogung pangalusi (Yang menjawab atau
yang menuruti).
6. Ogung panggora atau Ogung Panonggahi (Yang berseru atau
yang membuat orang terkejut).
7. Ogung Doal (Tidak mempunyai arti tertentu)
8. Hesek. Hesek ini berfungsi menuntun instrumen lain secara
bersama-sama dimainkan. Tanpa hesek, permainan musik instrumen
akan terasa kurang lengkap. Walaupun alat dan suaranya
sederhana saja, namun peranannya penting dan
menentukan.
D. Susunan Gondang Sabangunan
Menurut falasafah hidup orang Batak Toba, “bilangan” mempunyai
makna dan pengaruh dalam kehidupan sehari-hari dan aktivitas
adat. “Bilangan genap” dianggap bilangan sial, karena membawa
kematian atau berakhir pada kematian. Ini terlihat dari anggota
tubuh dan binatang yang selalu genap. menurut Sutan Muda Pakpahan,
hal itu semuanya berakhir pada kematian, dukacita dan penderitaan.
Maka di dalam segala aspek kehidupan diusahakan selalu “bilangan
ganjil” yang disebut bilangan na pisik yang dianggap membawa
berkat dan kehidupan.
Dengan kata lain “bilangan genap” adalah lambang segala ciptaan
didunia ini yang dapat dilihat dan hakekatnya akan berlalu, sedang
“bilangan ganjil” adalah lambang kehidupan dan Pencipta yang
tiada terlihat yang hakekatnya kekal. Itulah sebabnya susunan
acara gondang sabangunan selalu dalam bilangan ganjil.
Nama tiap acara, disebut “gondang” yang dapat diartikan jenis
lagu untuk nomor sesuatu acara. Susunan nomor acara juga harus
menunjukkan pada bilangan ganjil seperti Satu, tiga, atau lima
dan sebanyak-banyaknya tujuh nomor acara. Sedangkan jumlah
acara juga boleh menggunakan acara bilangan genap, misalnya :
dua nomor acara, empat atau enam.
Selanjutnya susunan acara itu hendaknya memenuhi tiga bagian,
yang merupakan bentuk upacara secara umum, yaitu pendahuluan
yang disebut gondang mula-mula, pemberkatan yang disebut gondang
pasu-pasu, dan penutup yang disebut gondang hasatan.
Ketiga bagian gondang inilah yang disebut si pitu Gondang (Si
Tujuh Gondang). Walaupun dapat dilakukan satu, tiga, lima, dan
sebanyakbanyaknya tujuh nomor acara atau jenis gondang yang
diminta. “Gondang mulamula i ma tardok patujulona na marpardomuan
tu par Tuhanon, tu sabala ni angka Raja dohot situan na torop”.
Artinya Gondang mula-mula merupakan pendahuluan atau pembukaan
yang berhubungan dengan Ketuhanan, kuasa roh raja-raja dan khalayak ramai.
Bentuk upacara yang termasuk gondang mula-mula antara lain:
Gondang alu-alu, untuk mengadukan segala keluhan kepada yang tiada
terlihat yaitu Tuhan Yang Maha Pencipta, biasanya dilakukan tanpa tarian.
Gondang Samba-Samba, sebagai persembahan kepada Yang Maha Pencipta.
Semua penari berputar di tempat masing-masing dengan kedua tanganber
sikap menyembah.
Yang termasuk gondang pasu-pasuan :
Gondang Sampur Marmere, menggambarkan permohonan agar dianugrahi
dengan keturunan banyak.
Gondang Marorot, menggambarkan permohonan kelahiran anak yang
dapat diasuh.
Gondang Saudara, menggambarkan permohonan tegaknya keadilan
dan kemakmuran.
Gondang Sibane-bane, menggambarkan permohonan adanya kedamaian
dan kesejahteraan.
Gondang Simonang-monang, menggambarkan permohonan agar selalu
memperoleh kemenangan.
Gondang Didang-didang, menggambarkan permohonan datangnya
sukacita yang selalu didambakan manusia.
Gondang Malim, menggambarkan kesalehan dan kemuliaan seorang
imam yang tidak mau ternoda.
Gondang Mulajadi, menggambarkan penyampaian segala permohonan
kepada Yang Maha pencipta sumber segala anugerah.
Angerah pasu-pasuan i ma tardok gondang sinta-sinta pangidoan
hombar tusintuhu ni na ginondangkan dohot barita ngolu. Artinya
gondang pasu-pasuanmerupakan penggambaran cita-cita dan
pernohonan sesuai dengan acara pokok dan kisah hidup.
Sedangkan yang termasuk gondang penutup (gondang hasatan):
Gondang Sitio-tio, menggambarkan kecerahan hidup masa depan
sebagai jawabanterhadap upacara adat yang telah dilaksanakan.
Gondang Hasatan, menggambarkan penghargaan yang pasti tentang
segala yang dipinta akan diperoleh dalam waktu yang tidak lama.
Gondang hasatan i ma pas ni roha na ingkon sabat saut sude na
pinarsinta. Artinya : Gondang hasatan ialah : suatu keyakinan
yang pasti bahwa semua cita-cita akan tercapai.
Lagu-lagu untuk ini biasanya pendek-pendek saja. Dari ketiga
bagian gondang tersebut di atas, maka para peminta gondang
menentukan beberapa nomor acara gondang dan nama gondang yang
akan ditarikan. Masing- masing gondang ditarikan satu nilai
satu kali saja. Contohnya:
Sebagai pendahuluan : Gondang Alu-alu (tidak ditarikan).
Gondang Mula-mula (1x). Biasanya gondang ini disatukan dengan
Gondang Samba-samba. Di Gondang Mula-mula = menari dengan
tidak membuka tangan dan hanya sebentar. Di Gondang Samba-
mamba = menari sambil membuka tangan
Gondang Pasu-pasuan (3x) atau (5x).
Gondang Sahatan (1x) atau (2x).
Yang umum dilaksanakan terdiri dari tujuh nomor acara
(Si pitu Gondang) dengan susunan :
Gondang Mula-mula : 1x = Gondang Mula-mula.
Gondang Samba-samba : 1x = Idem
Gondang Sampur Marmere : 1x = Gondang Pasu-pasuan
Gondang Marorot : 1x = Idem
Gondang Saudara : 1x = Idem
Gondang sitio-tio : 1x = Idem
Gondang Hasatan : 1x = Idem
————————————————————————————–
Jumlah : 7x (2 G. Mula-mula + 3 G. Pasu-pasuan+ 2 G Hasahatan)
Jika diadakan dalam lima nomor acara (Silima Gondang),
susunannya adalah sebagai berikut :
Gondang Mula-mula
dengan Samba-samba : 1x Gondang Mula-mula.
Gondang Sibane-bane : 1x Gondang Pasu-pasuan
Gondang Simonang-monang : 1x Idem
Gondang Didang-didang : 1x Idem
Gondang Hasatan sitio-tio : 1x Gondang Hasahatan
————————————————————————————–
Jumlah : 5x (1. G Mula-mula + 3 G Pasu-pasuan + 1 G Hasatan).
Sedangkan dalam tlga nomor acara (Sitolu Gondang), susunannya ialah :
Gondang Mula-mula dengan Samba-samba : 1x = Gondang Mula-mula
Gondang Sibane-bane disatukan dengan Gondang Simonang-monang : 1x =
Gondang Pasu-pasuan
Gondang Hasahatan sitio-tio : 1x = Gondang Hasahatan
———————————————————————————————–
Jumlah : 3x (1 G Mula-mula + 1 G Pasu-pasuan + 1 G = Hasahatan).
Jika hanya nomor acara (Sisada Gondang) , maka di dalamnya sekaligus
dimainkan Gondang Mula-mula, Gondang Pasu-pasuan, Gondang Hasahatan.
E. syarat-Syarat pemain Gondang Sabangunan
Para pemain instrumen-instrumen yang tergabung dalam komunitas
gondang,disebut pargonsi. Biasanya, sebagian besar warga
masyarakat Batak Toba tertarik mendengar alunan suara yang
dikeluarkan oleh gondang sabangunan tersebut, tetapi tidak
semuanya mampu memainkan alat-alat tersebut apalagi mencapai
tahap pargonsi.
Hal ini disebabkan karena adanya syarat-syarat tertentu yang
harus dipenuhi seseorang untuk dapat menjadi seorang pargonsi.
Syarat-syarat tersebut seperti yang dikemukakan seorang ahlinya,
antara lain:
Harus mendapat sahala dari Mulajadi Na Bolon (Sang Pencipta).
Sahala ini merupakan berkat kepintaran khusus dalam memainkan
alat musik yang diberikan kepada seseorang sejak dalam kandungan.
Dengan kata lain orang tersebut sudah dipersiapkan untuk
menjadi seorang pargonsi sebagai permintaan Mula Jadi Na Bolon.
Melalui proses belajar, Seseorang dapat menjadi pargonsi,
dengan adanya berkat khusus yang diberikan Mulajadi Na Bolon
sekaligus dipadukan dengan proses belajar. Sehingga itu
seseorang memiliki ketrampilan khusus untuk dapat menjadi
pargonsi. Walaupun melalui proses belajar, tetapi jika tidak
diberikan sahala kepada orang tersebut, maka ia tidak berarti
apa-apa atau tidak menjadi pargonsi yang pandai.
Mempunyai pengetahuan mengenai ruhut-ruhut ni adat (aturan-
aturan dalam adat) Maksudnya mengetahui struktur masyarakat
Batak Toba yaitu Dalihan Na Tolu dan penerapannya dalam masyarakat.
Umumnya yang diberkati Mulajadi Na Bolon untuk menjadi seorang
pargonsi adalah laki-laki, Dengan alasan : Laki-laki merupakan
basil ciptaan dan pilihan pertama Mulajadi Na Bolon.
Laki-laki lebih banyak memiliki kebebasan daripada perempuan,
karena para pargonsi sering diundang memainkan ke berbagai
daerah untuk memainkan gondang sabangunan dalam suatu upacara adat.
Seseorang yang menjadi pargonsi harus sudah dewasa tetapi
bukan berarti harus sudah menikah.
F. Pemain Musik Gondang Sabangunan
Seperti yang telah diuraikan pada sub-bab sebelumnya, bahwa
keseluruhan pemain yang menggunakan instrumen- instrumen
dalam gondang sabangunan disebut pargonsi. Dahulu, istilah
pargonsi ini hanya diberikan kepada pemain taganing saja,
sedangkan kepada pemain instrumen lainnya hanya diberikan
nama sesuai dengan nama instrumen yang dimainkannya, yaitu
pemain ogling (parogung), pemain hesek dan pemain sarune
(parsarune).
Dalam konteks sosial, pargonsi ini mendapat perlakuan yang
khusus. Hal inididukung oleh adanya prinsip stratifikasi
yang berhubungan dengan kedudukan pargonsi berdasarkan
pangkat dan jabatan. Sikap khusus yang diberikan masyarakat
kepada pargonsi itu disebabkan karena seorang pargonsi selain
memiliki ketrampilan teknis, mendapat sabala dari Mulajadi
Na Bolon, juga mempunyai pengetahuan tentang ruhut-ruhut
ni adat (aturan-aturan adat/sendi-sendi peradaban).
Sehingga untuk itu, pargonsi mendapatsebutan Batara Guru Hundul
( artinya : Dewa Batara Guru yang duduk) untuk pemain taganing
dan Batara Guru Manguntar untuk pemain sarune. Mereka berdua
dianggap sejajar dengan Dewa dan mendapat perlakuan istimewa,
baik dari pihak yang mengundang pargonsi maupun dari pihak
yang terlibat dalam upacara tersebut. Dengan perantaraan
merekalah, melalui suara gondang (keseluruhan instrumen),
dapat disampaikan segala permohonan dan puji-pujian kepada
Mulajadi Na Bolon (Yang Maha Esa) dan dewa-dewa bawahannya
yang mempunyai hak otonomi
Posisi pargonsi tampak pada saat hendak diadakannya horja
(upacara pesta) yang menyertakan gondang sabangunan untuk
mengiringi jalannya upacara. Pihak yang berkepentingan dalam
upacara akan mengundang pargonsi dan menemui mereka dengan
permohonan penuh hormat, yang disertai napuran tiar (sirih)
diletakkan di atas piring.
Pada saat upacara berlangsung, pargonsi akan dilayani dengan
hormat, seperti ketika suatu kelompok orang yang terlibat
dalam Dalihan Na Tolu ingin menari, maka mereka akan meminta
gondang kepada pargonsi dengan menyerukan sebutan yang
menyanjung dan terhormat, yaitu : “Ale Amang panggual pargonsi,
Batara Guru Humundul, Batar Guru Manguntar, Na sinungkun botari
na ni alapan arian, Parindahan na suksuk, parlompaan na tabo,
Paraluaon na tingkos, paratarias na malo”. Artinya
“Yang terhormat para pemain musik, Batara Guru Humundul,
Batara Guru Manguntar. Yang ditanya sore hari dan dijemput
sore hari penikmat nasi yang empuk, penikmat lauk yang lezat.
Penyampai pesan yang jujur, pemikir yang cerdas. Untaian
kalimat di atas menunjukkan makna dari suatu sikap yang
menganggap bahwa pargonsi itu setaraf dengan Dewa. Mereka
harus selalu disuguhi dengan makanan yang empuk dan lezat,
harus dijemput dan diantar kembali bila pergi ke suatu
tempat dan mereka itu dianggap mempunyai fikiran yang
jujur dan cerdas sehingga dapat menjadi perantara untuk
menghubungkan dengan Mulajadi Nabolon.
Akan tetapi sejalan dengan perkembangan zaman, penghargaan
kepada pargonsi sudah berubah. Hal ini disebabkan kehadiran
musik (suatu sebutan dari masyarakat Batak Toba untuk
kelompok brass band) yang menggantikan kedudukan gondang
sabangunan sebagai pengiring upacara. Apabila pihak yang
terlibat dalam upacara meminta sebuah repertoar, mereka
akan menyebut pargonsi kepada dirigen atau pimpinan kelompok
musik tersebut. Walaupun kedudukan kelompok musik sama dengan
gondang sabangunan dengan menyebut “pargonsi” kepada pemain
musik, namun musisi tersebut tidak dapat dianggap sebagai
Batara Guru Humundul ataupun Batara Guru Manguntar.
Sikap hormat yang diberikan masyarakat kepada pargonsi
bukanlah suatu sikap yang permanen (tetap), tetapi hanya
dalam konteks upacara. Di luar konteks upacara, sebutan
dan sikap hormat tersebut akan hilang dan pargonsi akan
mempunyai kedudukan seperti anggota masyarakat lainnya,
ada yang hidup sebagai petani, pedagang, nelayan dan
sebagainya.
Sejalan dengan uraian di atas, ada beberapa penulis Batak
Toba yang menerangkan sebutan untuk masing-masing instrumen
dalam gondang sabangunan. Seperti pasariboe (1938) menuliskan
sebagai berikut : oloan bernama simaremare, pangalusi
bernama situri-turi, panonggahi bernama situhur tolong,
doal bernama sisunggul madam, taganing bernama silima
hapusan, gordang bernama sialton sijarungjung dan odap
bernama siambaroba. Penulis Batak Toba lainnya, pasaribu
(1967) menuliskan taganing bernama pisoridandan, gordang
bernama sialtong na begu, odap bernama siambaroba, oloan
bernama si aek mual, pangalusi bernama sitapi sindar
mataniari, panggora bernama situhur, doal bernama diri
mengambatdan hesek bernama sigaruan nalomlom.
Nama-nama di atas nama yang diberikan oleh pemilik instrumen
musik atau pimpinan komunitas musik yang sulit sekali dicari
padanannya dalam bahasa Indonesia dan bukan menunjukkan
gambaran mengenai superioritas instrumen tersebut. Nama-
nama tersebut biasa saja berbeda pada tiap-tiap daerah.
Khusus untuk instrumen sarune tidak ditemukan adanya
sebutan terhadap instrumen itu.
______________
Penutup
______________
Demikian infonya para kawan sekalian...!
...dan...
Selamat malam...!
__________________________________________________________
Cat :
Gaya Cewek Batak Margondang alias Martagading Dengan Penuh Semangat - Lagu Maumere - YouTube
https://www.youtube.com/watch?v=FXYRKA0rZaE
Gondang Sabangunan - Gondang Uning Uningan - SEMUBA - YouTube
Rampak Margondang - Gondang Batak - YouTube
No comments:
Post a Comment